Oleh L. D. Slamet
Sejatinya bila kita menengok sejarah PEMILU di Indonesia maka akan kita jumpai banyak kerusuhan yang terjadi pasca PEMILU. Hal ini tidak terjadi di negara kita saja, tetapi juga di negara-negara lain seperti Nigeria dan Iran. Kerusuhan itu terjadi karena rasa tidak puas dari pihak yang merasa dirugikan oleh hasil PEMILU. Seringkali simpatisan calon dari partai tertentu melakukan aksi-aksi yang meresahkan. Semua itu dilakukan karena kurangnya kesadaran untuk menghargai keputusan bersama. Meskipun bisa saja dalam PEMILU terjadi sederetan kecurangan. Namun, opsi untuk melakukan PEMILU ulang jarang diinginkan oleh pihak penyelenggara (KPU). Kenapa? Tentu saja karena hal itu membutuhkan tenaga dan biaya ekstra.
Mediasi yang dilakukan sering kali berujung pada ketidakpuasan pula. Rasa tidak terima kerap membuat sebuah proses PEMILU menjadi makin rumit. Hal inilah yang harus dihindari oleh partisipan dalam PEMILU. Pihak yang belum menang kebanyakan sulit menerima hasil PEMILU, namun mereka harus belajar menghargai hasil suara terbanyak. Jika menurut mereka ada prosedur yang dilaksanakan dengan kurang tepat, maka mereka bisa melaporkan ke KPU dan melakukan mufakat, bukan melakukan pemboikotan.
Sekali lagi hasil suara terbanyak harus dihargai, meskipun mungkin jumlah pemilih sendiri sangat kurang jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan pemilih yang seharusnya. Karena disadari atau tidak, jumlah yang memilih untuk apatis tidaklah sedikit. Ya, untuk saat ini, saya rasa apatis tidak lagi menjadi simbol bahwa seseorang tidaklah kritis. Dalam keapatisan ada kadar kekritisan tersendiri yang menjadi dasar seseorang untuk tidak memilih. Walau tidak dipungkiri jika alasan tidak mau repot juga ada.
Apapun hasil PEMILU raya di UM harus dapat diterima oleh pihak partisipan dan seluruh warga UM dengan lega hati. Jika proses menuju kepuasan bersama itu masih sulit, tapi bukan berarti tidak bisa. Pihak pemenang harus mampu menjadi pemimpin yang berani membela kepentingan mahasiswa. Membuktikan prinsip dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan untuk mahasiswa. Pihak yang belum menang pun harus berbesar hati dan tetap mempertahankan eksistensinya untuk membela kepentingan bersama. Jangan sampai kita dengar ada kerusuhan pasca PEMILU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar