Konsepan
Pengenalan Kehidupan Perguruan Tinggi (PKPT) UM tahun ini akan berbeda dari
tahun-tahun sebelumnya karena untuk pertama kalinya PKPT dilaksanakan pada
bulan puasa. Namun berbedanya
konsepan PKPT tersebut rupanya juga masih saja diwarnai oleh masalah, yaitu
masalah keuangan. Keuangan yang menjadi faktor utama dalam melaksanakan PKPT
ini, kini menjadi kendala. Hal ini berkaitan dengan
diterapkannya Uang Kuliah
Tunggal (UKT)
di UM pada tahun ajaran 2012/2013.
Sesuai SK yang ditanda tangani oleh Prof. Dr. H. Hendyat
Soetopo, M.Pd, tertulis bahwa “Mahasiswa tidak dipungut biaya tambahan selain
biaya pendidikan (UKT).”
biaya tambahan yang dimaksud, yakni termasuk biaya pengenalan kehidupan
perguruan tinggi (PKPT). Kebijakan tersebut akan berimbas pada
pelaksanaan
kegiatan PKPT, sehingga pihak Universitas telah
memutuskan bahwasanya PKPT tahun ini tidak boleh memberatkan MABA. Intinya, hal apapun yang
berkaitan dengan PKPT tidak boleh dipersulit. Apalagi masalah pembayaran dana
PKPT. Meskipun pada akhirnya biaya yang dikenakan pada MABA tersebut kembali
pada diri MABA, seperti digunakan untuk pembuatan kaos, pin, dan stiker yang
kemudian dibagikan kepada mahasiswa baru, tapi tetap saja tidak boleh ada
pungutan.
Dana PKPT tahun ini rencananya akan didapat
dari BOPTN (Bantuan Operasional perguruan Tinggi). Selain itu juga berasal dari dana TOR (Term of Reference). Mengennai sistem pendanaan baru ini ternyata
beberapa fakultas mengalami kesulitan dan hampir serentak mengatakan bahwa
kendala yang paling dominan pada pelaksanaan PKPT tahun ini adalah pada masalah
dana.
Fakultas Ilmu Sosial (FIS)
Dana BOPTN yang telat turun juga mendapat tanggapan dari DMF FIS, Ketua DMF FIS, Frenky menyatakan, “Turunnya
dana BOPTN ini sangat terlambat. Tapi untungnya kita masih dibantu fakultas
dengan dana PNPB (Pembelanjaan Negara Bukan Pajak), sehingga program kerja kita
masih berjalan.” Sedangkan untuk PNPB sendiri merupakan dana yang diambil dari
SPP per semester dari seluruh mahasiswa UM .
Dengan diberlakukannya UKT maka diberlakukan juga BOPTN, yakni Bantuan
Operasional Perguruan Tinggi Negeri yang diberikan dari UM kepada setiap
fakultas. Jumlah pemberian BOPTN per-fakultas berbeda-beda tergantung jumlah
keseluruhan mahasiswa dalam fakultas tersebut. Dengan kata lain dana BOPTN yang
diberikan berbanding lurus dengan jumlah
keseluruhan mahasiswa di fakultas masing-masing. Program BOPTN ini diberlakukan
bagi semua organisasi mahasiswa di UM sejak PKPT tahun ini. BOPTN nanti
rencananya akan menjadi dana tunggal bagi kegiatan disetiap ORMAWA UM.
Ketua DMF FIS
juga menyatakan bahwa kesetujuannya
terhadap dana BOPTN ini dengan alasan “Dana BOPTN ini bagus sih buat ORMAWA,
asalkan dilaksanakan sesuai dengan wacana yang dicanangkan dan jangan sampai ada
penyalahgunaan di dalamnya, sehingga diharapkan pencairan dana BOPTN ini
dipercepat serta nanti pada saat kepengurusan dana BOPTN tersebut tidak
dipersulit.
Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK)
Pihak
panitia PKPT dari Fakultas Ilmu Keolahragaan kelabakan karena hingga h-7 dana
dari pusat belum juga turun. “Kalau
memang ketentuan dari pusat seperti itu, ya mau gimana lagi? kalau mau melawan
nanti yang kena kan fakultas.” ujar
M. Sami’ul Fauzi selaku ketua pelaksana PKPT FIK. “Kami masih mau meminta
kejelasan dari Pembantu Dekan III FIK, Dr. Mardianto, M.Kes, mengenai kurangnya
biaya PKPT.” tambahnya saat kami temui di stan registrasi pagi Selasa (31/7).
Kondisi ini sangat berpengaruh pada jalannya acara PKPT tahun ini. Jika tahun
lalu panitia PKPT FIK menyediakan beberapa fasilitas seperti block
note, tapi tahun ini panitia menyuruh MABA membawa barang-barang tersebut sendiri.
Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)
Kebijakan dari universitas juga membuat panitia pelaksana PKPT FIP kalang kabut. Pendanaan PKPT jadi tidak beraturan, padahal PKPT akan
segera dilaksanakan. Biaya Operasional
Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) yang akan menjadi sumber dana pun baru akan
turun bulan September nanti. “BOPTN itu
mirip dengan Bantuan Operasional Sekolah yang ada di sekolah, pelaksanaannya
hampir serupa. Kebijakan ini dari Kemendikbud yang rencananya baru digulirkan
pada bulan September sedangkan bulan Agustus kita sudah melaksanakan PKPT.
Bukankah ini membingungkan? Kebijakan BOPTN belum digulirkan tetapi kami
dijanjikan mendapat dana dari BOPTN.” Tegas Wahyu. Keputusan ini pun terkesan
mendadak. Pada hari pertama registrasi untuk MABA jalur SNMPTN undangan dan bidik misi, belum ada
peraturan yang demikian sehingga calon peserta ditarik biaya RP.130.000,-
sebagai dana kontribusi peserta.
“Iya mbak, kami
ditarik dana seratus tiga puluh ribu per-orang dengan rincian untuk pengadaan
kaos dan lain-lain, tapi panitia
menjanjikan akan dikembalikan setelah PKPT.” Jelas Nayli, MABA FIP. Mengenai
hal ini Wahyu menjelaskan bahwa mereka yang sudah terlanjur membayar uang
kontribusi peserta ada 78 hingga 80 peserta karena ikut registrasi hari
pertama, sebelum surat pengumuman itu dilayangkan. Sedangkan hari kedua dan
setelahnya sudah tidak ada tarikan kepada mahasiswa baru lagi.
Dalam website resmi
BEM-FIP sendiri, panitia mengumumkan bahwa mereka akan segera mengembalikan
dana yang sudah ditarik tersebut kepada MABA
yang terlanjur membayar. Masih dalam web, panitia menuliskan bahwa
mereka tidak akan memberikan kaos dan lain-lain seperti yang sudah diumumkan.
Panitia juga menganjurkan kepada peserta agar tidak resah mengenai perubahan
yang mendadak ini.
Fakultas Pendidikan Psikologi
(FPPsi)
Tidak jauh beda, di FPPsi pun keuangan juga
masih menjadi kendala dalam pelaksanaan PKPT tahun ini. Pasalnya, FPPsi yang baru diresmikan beberapa bulan ini. masih belum memiliki kas
maupun tabungan seperti di fakultas-fakultas lain. Salah satu anggota BEM
FPPsi, Unzi meritma, mengungkapkan , “Penyebab utama kendala ini adalah masalah keuangan yang belum tertata. Sebenarnya semua program kerja yang ada di
FPPsi sudah ada jatah keuangan dari pusat. Keuangan tersebut berasal dari dana
TOR (Term of Reference) dan juga ada
dana tambahan dari BOPTN. Akan tetapi pada kenyataannya dana sampai sekarang
(3/8) belum turun sama sekali.”
”Ketika kami sedang
menghadap Pak Dekan dan konsultasi masalah keuangan, beliau mengatakan bahwa
dana dari TOR maupun BOPTN belum turun. Jadi seandainya sampai PKPT berlangsung
masih belum juga turun, kegiatan ini akan tetap terselenggara dengan memakai
dana dari saya terlebih dahulu. Beliau mengulangi kalimat tersebut sampai berkali-kali untuk meyakinkan kami
selaku panitia. Maka kami selaku panitia berharap dana tersebut segera turun
demi kelancaran serangkaian acara PKPT yang tinggal beberapa hari lagi, ” tambah Unzi.
Fakultas Sastra (FS)
Tidak diperbolehkannya melakukan pungutan biaya
ke MABA ternyata membuat panitia PKPT Fakultas Satra (FS) harus putar otak agar
pelaksanaan PKPT tetap memberikan kesan ‘Cerita Segala Rasa’ seperti
tahun-tahun sebelumnya. Koordinator sie
acara, Januar Rizko, menjelaskan bahwa konsep kegiatan tahun ini lebih banayak in door dan hanya berkutat pada materi
di dalam ruangan. Tahun ini kaos CSR juga tidak akan mewarnai pelaksanaan PKPT
FS karena panitia tidak boleh menarik biaya pada MABA, sedangkan dana dari
pusat belum turun. “PKPT sebelumnya lebih mengena, gimana ya, pokok e enak yang tahun dulu.” Ungkap
Januar.
Panitia PKPT Fakultas Sastra tidak
mengadakan kegiatan pra-PKPT. Barang bawaan MABA diumumkan pada saat
registrasi maupun melalui web. MABA
diberi print out barang bawaan dan
tugas serta diberi denah lokasi UM dan yel-yel Sastra.
“Karena tidak ada
kegiatan open house selama PKPT,
selesai PKPT panitia berencana mengadakan ngabuburit
bareng. Dalam kegiatan tersebut maba
juga akan di ajak keliling ke kompleks UKM untuk mengetahui UKM lebih lanjut.
Pihak sastra juga mengajak fakultas lain untuk ikut kegiatan ini. Sejauh ini
yang masih mau dari fakultas Psikologi.” Papar Januar. (zhr/ayu/upid/dil/nik/aft//vga/wah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar