Sabtu, 04 Agustus 2012

DAMPAK UKT, DANA PKPT LAMBAT


Konsepan Pengenalan Kehidupan Perguruan Tinggi (PKPT) UM tahun ini akan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena untuk pertama kalinya PKPT dilaksanakan pada bulan puasa. Namun berbedanya konsepan PKPT tersebut rupanya juga masih saja diwarnai oleh masalah, yaitu masalah keuangan. Keuangan yang menjadi faktor utama dalam melaksanakan PKPT ini, kini menjadi kendala. Hal ini berkaitan dengan diterapkannya Uang Kuliah Tunggal (UKT) di UM pada tahun ajaran 2012/2013. Sesuai SK yang ditanda tangani oleh Prof. Dr. H. Hendyat Soetopo, M.Pd, tertulis bahwa “Mahasiswa tidak dipungut biaya tambahan selain biaya pendidikan (UKT).” biaya tambahan yang dimaksud, yakni termasuk biaya pengenalan kehidupan perguruan tinggi (PKPT). Kebijakan tersebut akan berimbas pada
pelaksanaan kegiatan  PKPT, sehingga pihak Universitas telah memutuskan bahwasanya PKPT tahun ini tidak boleh memberatkan MABA. Intinya, hal apapun yang berkaitan dengan PKPT tidak boleh dipersulit. Apalagi masalah pembayaran dana PKPT. Meskipun pada akhirnya biaya yang dikenakan pada MABA tersebut kembali pada diri MABA, seperti digunakan untuk pembuatan kaos, pin, dan stiker yang kemudian dibagikan kepada mahasiswa baru, tapi tetap saja tidak boleh ada pungutan.
Dana PKPT tahun ini rencananya akan didapat dari BOPTN (Bantuan Operasional perguruan Tinggi). Selain itu juga berasal dari dana TOR (Term of Reference). Mengennai sistem pendanaan baru ini ternyata beberapa fakultas mengalami kesulitan dan hampir serentak mengatakan bahwa kendala yang paling dominan pada pelaksanaan PKPT tahun ini adalah pada masalah dana.

Fakultas Ilmu Sosial (FIS)
Dana BOPTN yang telat turun juga mendapat tanggapan dari DMF FIS,  Ketua DMF FIS, Frenky menyatakan, “Turunnya dana BOPTN ini sangat terlambat. Tapi untungnya kita masih dibantu fakultas dengan dana PNPB (Pembelanjaan Negara Bukan Pajak), sehingga program kerja kita masih berjalan.” Sedangkan untuk PNPB sendiri merupakan dana yang diambil dari SPP per semester dari seluruh mahasiswa UM .
Dengan diberlakukannya UKT maka diberlakukan juga BOPTN, yakni Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri yang diberikan dari UM kepada setiap fakultas. Jumlah pemberian BOPTN per-fakultas berbeda-beda tergantung jumlah keseluruhan mahasiswa dalam fakultas tersebut. Dengan kata lain dana BOPTN yang diberikan  berbanding lurus dengan jumlah keseluruhan mahasiswa di fakultas masing-masing. Program BOPTN ini diberlakukan bagi semua organisasi mahasiswa di UM sejak PKPT tahun ini. BOPTN nanti rencananya akan menjadi dana tunggal bagi kegiatan disetiap ORMAWA UM.
Ketua DMF FIS juga  menyatakan bahwa kesetujuannya terhadap dana BOPTN ini dengan alasan “Dana BOPTN ini bagus sih buat ORMAWA, asalkan dilaksanakan sesuai dengan wacana yang dicanangkan dan jangan sampai ada penyalahgunaan di dalamnya, sehingga diharapkan pencairan dana BOPTN ini dipercepat serta nanti pada saat kepengurusan dana BOPTN tersebut tidak dipersulit.

Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK)
Pihak panitia PKPT dari Fakultas Ilmu Keolahragaan kelabakan karena hingga h-7 dana dari pusat belum juga turun.  “Kalau memang ketentuan dari pusat seperti itu, ya mau gimana lagi? kalau mau melawan nanti yang kena kan fakultas.” ujar M. Sami’ul Fauzi selaku ketua pelaksana PKPT FIK. “Kami masih mau meminta kejelasan dari Pembantu Dekan III FIK, Dr. Mardianto, M.Kes, mengenai kurangnya biaya PKPT.” tambahnya saat kami temui di stan registrasi pagi Selasa (31/7). Kondisi ini sangat berpengaruh pada jalannya acara PKPT tahun ini. Jika tahun lalu panitia PKPT FIK menyediakan beberapa fasilitas  seperti block note, tapi tahun ini panitia menyuruh MABA membawa  barang-barang tersebut sendiri.

Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)
Kebijakan dari universitas juga membuat panitia pelaksana PKPT FIP kalang  kabut. Pendanaan PKPT  jadi tidak beraturan, padahal PKPT akan segera dilaksanakan.  Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) yang akan menjadi sumber dana pun baru akan turun bulan September nanti.  “BOPTN itu mirip dengan Bantuan Operasional Sekolah yang ada di sekolah, pelaksanaannya hampir serupa. Kebijakan ini dari Kemendikbud yang rencananya baru digulirkan pada bulan September sedangkan bulan Agustus kita sudah melaksanakan PKPT. Bukankah ini membingungkan? Kebijakan BOPTN belum digulirkan tetapi kami dijanjikan mendapat dana dari BOPTN.” Tegas Wahyu. Keputusan ini pun terkesan mendadak. Pada hari pertama registrasi untuk MABA jalur  SNMPTN undangan dan bidik misi, belum ada peraturan yang demikian sehingga calon peserta ditarik biaya RP.130.000,- sebagai dana kontribusi peserta.
 “Iya mbak, kami ditarik dana seratus tiga puluh ribu per-orang dengan rincian untuk pengadaan kaos dan lain-lain,  tapi panitia menjanjikan akan dikembalikan setelah PKPT.” Jelas Nayli, MABA FIP. Mengenai hal ini Wahyu menjelaskan bahwa mereka yang sudah terlanjur membayar uang kontribusi peserta ada 78 hingga 80 peserta karena ikut registrasi hari pertama, sebelum surat pengumuman itu dilayangkan. Sedangkan hari kedua dan setelahnya sudah tidak ada tarikan kepada mahasiswa baru lagi.
Dalam website resmi BEM-FIP sendiri, panitia mengumumkan bahwa mereka akan segera mengembalikan dana yang sudah ditarik tersebut kepada MABA  yang terlanjur membayar. Masih dalam web, panitia menuliskan bahwa mereka tidak akan memberikan kaos dan lain-lain seperti yang sudah diumumkan. Panitia juga menganjurkan kepada peserta agar tidak resah mengenai perubahan yang mendadak ini.

Fakultas Pendidikan Psikologi (FPPsi)
Tidak jauh beda, di FPPsi pun keuangan juga masih menjadi kendala dalam pelaksanaan PKPT tahun ini. Pasalnya, FPPsi yang baru diresmikan beberapa bulan ini. masih belum memiliki kas maupun tabungan seperti di fakultas-fakultas lain. Salah satu anggota BEM FPPsi, Unzi meritma, mengungkapkan , “Penyebab utama kendala ini adalah  masalah keuangan yang belum tertata.  Sebenarnya semua program kerja yang ada di FPPsi sudah ada jatah keuangan dari pusat. Keuangan tersebut berasal dari dana TOR (Term of Reference) dan juga ada dana tambahan dari BOPTN. Akan tetapi pada kenyataannya dana sampai sekarang (3/8) belum turun sama sekali.”
”Ketika kami sedang menghadap Pak Dekan dan konsultasi masalah keuangan, beliau mengatakan bahwa dana dari TOR maupun BOPTN belum turun. Jadi seandainya sampai PKPT berlangsung masih belum juga turun, kegiatan ini akan tetap terselenggara dengan memakai dana dari saya terlebih dahulu. Beliau mengulangi kalimat tersebut sampai berkali-kali untuk meyakinkan kami selaku panitia. Maka kami selaku panitia berharap dana tersebut segera turun demi kelancaran serangkaian acara PKPT yang tinggal beberapa hari lagi, ” tambah Unzi.

Fakultas Sastra (FS)
Tidak diperbolehkannya melakukan pungutan biaya ke MABA ternyata membuat panitia PKPT  Fakultas Satra (FS) harus putar otak agar pelaksanaan PKPT tetap memberikan kesan ‘Cerita Segala Rasa’ seperti tahun-tahun sebelumnya. Koordinator sie acara, Januar Rizko, menjelaskan bahwa konsep kegiatan tahun ini lebih banayak in door dan hanya berkutat pada materi di dalam ruangan. Tahun ini kaos CSR juga tidak akan mewarnai pelaksanaan PKPT FS karena panitia tidak boleh menarik biaya pada MABA, sedangkan dana dari pusat belum turun. “PKPT sebelumnya lebih mengena, gimana ya, pokok e enak yang tahun dulu.” Ungkap Januar.
            Panitia PKPT Fakultas Sastra tidak mengadakan kegiatan pra-PKPT.  Barang bawaan MABA diumumkan pada saat registrasi maupun melalui web. MABA diberi print out barang bawaan dan tugas serta diberi denah lokasi UM dan yel-yel Sastra.
“Karena tidak ada kegiatan open house selama PKPT, selesai PKPT panitia berencana mengadakan ngabuburit bareng.  Dalam kegiatan tersebut maba juga akan di ajak keliling ke kompleks UKM untuk mengetahui UKM lebih lanjut. Pihak sastra juga mengajak fakultas lain untuk ikut kegiatan ini. Sejauh ini yang masih mau dari fakultas Psikologi.” Papar Januar. (zhr/ayu/upid/dil/nik/aft//vga/wah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar