Berorganisasi
yang Bijaksana
Lapangan Parkir
FS (Fakultas Sastra) pada pukul 06.00 WIB, telah rapi berjajar maahasiswa baru (MABA).
Sambutan Dekan Fakultas Sastra, Prof.
Dr. Dawud, M.Pd membuka serangkaian kegiatan Pengenalan Kehidupan Perguruan
Tinggi (PKPT) di hari kedua, Rabu (8/8).
Salah satu hal
yang disinggung dalam isi sambutannya adalah rambu-rambu untuk berhati-hati
mengikuti segala bentuk organisasi. Setelah kami klarifikasi, Pak
Dawud menjelaskan bahwa pernyataannya bermaksud sebagai himbauan kepada MABA
agar tidak terjerumus pada organisasi bawah tanah maupun organisasi yang sesat.
“Saya menghimbau kepada para MABA untuk mengikuti organisasi yang jelas
identitasnya, jelas kedudukannya, jelas kepengurusannya, jelas asasnya, dan
berorientasi pada 4 pilar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 45, NKRI, dan Bhineka
Tunggal Ika,” jelas Pak
Dawud saat diwawancarai sebelum mengisi materi kepada MABA.
Beberapa kasus
‘baiat’ maupun ‘brainwashing’ yang pernah terjadi di kalangan
mahasiswa merupakan salah satu kekhawatiran mendasar bagi Pak Dawud. Kesiapan
mental bagi MABA yang notabene masih berusia remaja, serta sempitnya pengetahuan,
dan besarnya keingintahuan merupakan
beberapa sebab bagi MABA untuk mudah terjerumus dalam organisasi-organisasi ‘bawah tanah’.
Oleh karena
itu, setelah PKPT, ada beberapa kegiatan rutin
yang merupakan bentuk kelanjutan dari himbauan Pak Dawud kepada MABA
tersebut. Di antaranya
adalah ‘kopi pagi’ yang menerapkan
manajemen keterbukaan, mahasiswa FS bebas menyampaikan keinginan maupun keluhan
melalui pembicaraan. Selanjutnya, pada semester
kedua akan ada agenda pertemuan
antara MABA, orangtua, dan pihak FS dalam
rangka mengkomunikasikan hal-hal terkait perkuliahan
kepada orangtua. “Dari pihak fakultas berupaya membuka komunikasi kepada
orangtua MABA. Kami tekankan juga kepada orangtua MABA untuk sama-sama
membimbing organisasi, pergaulan, maupun
kegiatan anak-anak kita agar terhindar dari MIRAS (Minuman Keras), NAPZA (
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif), dan lain sebagainya. Kadang-kadang
informasi antara dosen, MABA dan orangtua itu beda-beda, jadi pertemuan ini
sebagai bentuk klarifikasi.” jelas Pak
Dawud.
Organisasi
dalam maupun luar kampus merupakan wujud kreativitas mahasiswa. Berorganisasi
dengan sehat menjadikan mahasiswa dapat menggali banyak pengetahuan tentang
melatih kecerdasan sosial dan spiritual, seni berinteraksi sesama manusia,
menghormati pandangan orang lain, mengelola emosi, yang tidak didapatkan di
ruang kelas perkuliahan. “Saya pun juga menganjurkan mahasiswa saya untuk
mengikuti organisasi kemahasiswaan di UM. jika mengikuti organisasi di luar UM,
saya menghimbau mereka sebagai warga yang lain, jangan mengatasnamakan universitas.
Akan lebih baik tidak mencampuradukkan antara yang di dalam kampus dan di luar
kampus. Kalau ada organisasi luar kampus yang beroperasi di dalam kampus, maka
akan jadi runyam. Apabila semuanya berjalan sesuai dengan jalurnya, kami tidak
pernah melarang.” jelas Pak Dawud .
Pada dasarnya,
semua organisasi memiliki tujuan yang baik. Semuanya tergantung pada penempatan
diri manusia yang menjalankannya. Segalanya harus ditempatkan pada tempatnya. “Biarkan
FS kohesivitas dengan universitas.
Begitu mahasiswa masuk di FS, maka mereka
adalah warga FS. Begitu pula dengan saya. Saya
beragama Islam, ketika di fakultas sastra ada orang-orang beragama lain, maka
saya harus melayani semuanya tanpa terkecuali dan diskriminasi. Karena segala
perihal juga harus dijalankan dengan proporsional.”tambahnya.
“Bagi saya pribadi,
berorganisasi yang bijaksana adalah istiqomah dalam bahasa agama. Kalau dalam
bahasa modern adalah profesional dan proporsional. Fokus dalam bidang yang
seimbang. Kalau sekarang jadi mahasiswa tujuannya adalah studi, organisasi
jangan dijadikan tujuan tapi sebagai media belajar. Pengalaman saya, mahasiswa
itu sering terlalu asyik dalam berorganisasi sehingga sering lupa pada studinya.”
nasehat Pak Dawud. (avz//vga)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar